Cari Blog Ini

Selasa, 18 Oktober 2011

Aset Tetap

ASET TETAP

A.      Pendahuluan
Informasi keuangan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba. Salah satu pos dalam neraca adalah aktiva tetap. Aktiva tetap dalam neraca yang dibahas merupakan aktiva tetap berwujud yang digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan usahanya, tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan dan mempunyai masa manfaat atau kegunaan lebih dari satu tahun serta mempunyai nilai material.

B.       Definisi
Aset tetap atau PPE (Property, Plant, and Equipment) adalah aset berwujud (tangible assets) yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Istilah aset tetap digunakan untuk membedakan dengan aset tidak berwujud, yang juga memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi tetapi tidak memiliki wujud fisik, serta nilainya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh eksistensi fisik dari aset.
Aset tetap adalah asset berwujud yang:
1.    Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihal lain, atau untuk tujuan administrative, dan
2.    Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
Dalam standar akuntansi yang mengacu ke Amerika (US GAAP), akuntansi untuk aset tetap relatif tidak menimbulkan banyak masalah, karena standar akuntansi aset tetap berdasar US GAAP menggunakan basis cost historis. IFRS tidak menggunakan basis cost historis, mengingat basis cost historis berimplikasi pada penyajian laporan keuangan yang dipandang kurang relevan dengan kebutuhan nyata pengguna informasi karena tidak mampu menggambarkan nilai riil aset tetap yang disajikan di dalam laporan keuangan.
Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu asset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
Nilai residu asset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika asset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Nilai wajar adaah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu asset antara pihak – pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya.
Umur manfaat adalah:
1.    Suatu periode di mana asset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau
2.    Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari asset tersebut oleh entitas

C.      Pengakuan
Biaya perolehan asset tetap harus diakui sebagai aset apabila:
1.    Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas
2.    Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Suku cadang dan peralatan pemeliharaan biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui dalam laporan laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi criteria aset tetap ketika entitas memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode.  Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.

D.      Biaya-biaya
1.         Biaya Perolehan Awal
Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomis masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset yang lain. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomis masa depan yang lebih besar dari aset - aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomis yang dihasilkan seandainya aset tersebut tidak diperoleh.
2.         Biaya-biaya Setelah Perolehan Awal
Entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari - hari aset tetap sebagai bagia dari aset yang bersangkutan.  Biaya – biaya ini diakui dalam laporan laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari – hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai termasuk di dalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran – pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan perbaikan” aset tetap.

E.       Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan
1.         Komponen Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap meliputi:
a.    Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan – potongan lain.
b.    Biaya – biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
c.    Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan
Contoh biaya yang dapat diatribusikan scara langsung:
a.    Biya imbalan kerja
b.    Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c.    Biaya handling dan penyerawan awal
d.   Biaya perakitan dan instalasi
e.    Biaya pengujuan aset apakah aset berfungsi dengan baik
f.     Komisi professional
Contoh biaya – biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap:
a.    Biaya pembukaan fasilitas baru
b.    Biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan biaya promosi)
c.    Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf)
d.   Administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
Pengakuan terhadap biaya – biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan ketika aset tersebut telah siap digunakan manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan pengembangan aset tidak dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut.
Biaya – biaya yang tidak termasuk dalam jumlah tercatat suatu aset tetap:
a.    Biaya – biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi
b.    Kerugian awal operasi
c.    Biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas
Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian atau cara lain. Jika perusahaan membuat aset serupa untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya pembangunan aset untuk dijual.
2.         Pengukuran Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran untuk suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan pengakuan alternative yang diizinkan.
Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar, kecuali:
a.    Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
b.    Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara handal.
Entitas tidak dapat segera menghentikan pengakuan ase  meskipun perolehan aset yang diserahkan dikur dengan cara seperti di atas. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.
Nilai wajar aset yang tidak memiliki transaksi pasar yang serupa, dapat diukur secara andal jika:
a.    Variabilitas estimasi rentang nilai wajar yang masuk akal untuk aset tersebut tidak signifikan
b.    Probabilitas dari beragam estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara memadai dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar
Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau diserahkan, maka nilai wajar aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.
3.         Hibah Pemerintah
Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa:
a.    Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut
b.    Hibah akan diperoleh

F.       Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Suatu entitas harus memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
1.         Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
2.         Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar, entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan.
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi. Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
Apabila suatu aset tetap direvaluasi. Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
a.    Disajikan kembali secara peroporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara member indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan
b.    Dielimikasi terhadap jumlah bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi juga. Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Contoh kelompok aset yang terpisah:
a.    Tanah
b.    Tanah dan bangunan
c.    Mesin
d.   Kapal
e.    Pesawat udara
f.     Kendaraan bermotor
g.    Perabotan
h.    Peralatan kantor
Aset – aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda – beda.
Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai tersebut langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Jika dalam suatu entitas terdapat aset tetap yang tersedia untuk dijual, maka perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagau berikut:
a.    Diakui pada saat dilakukan penghentian operasi
b.    Diukur sebesar nilai yang lebih rendah dari jumlah tercatatnya dibandingkan nilai wajar setelah dikurangi dengan biaya – biaya penjualan aset tersebut
c.    Disajikan sebagai aset tersedia untuk  dijual
d.   Diungkapkan dalam laporan keuangan dalam rangka evaluasi dampak penghentian operasi dan pelepasan aset (aset tidak lancar)

G.      Nilai Wajar
Sebagai basis dari metode revaluasi, standar mendeskripsikan nilai wajar yang digunakan dalam setiap kasus revaluasi, yaitu yang didefinisikan sebagai nilai aset yang dapat digunakan sebagai basis nilai pertukaran antara dua fihak yang sama-sama memahami aset dan berkenan untuk melakukan pertukaran.
Lebih jauh standar mensyaratkan bahwa sekali suatu entitas menggunakan model revaluasi, mereka harus secara konsiten melakukannya di waktu yang akan datang, atau memastikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara nilai wajar dengan nilai saji pada saat pelaporan laporan keuangn. Dengan kata lain, jika suatu entitas telah menggunakan metode revaluasi, entitas tersebut tidak boleh melaporkan nilai aset yang tidak relevan dengan nilai wajarnya. Jika metode revaluasi tidak dijalankan secara konsisten, dampaknya akan sangat besar terhadap interpretasi pengguna laporan keuangan.
Sesuai dengan IAS 16, pengukuran nilai wajar biasanya dilakukan oleh jasa penilai (appraisers) dengan menggunakan bukti-bukti pasar yang valid. Namun demikian untuk aset tetap yang tidak memiliki nilai pasar yang jelas, yang siap untuk dugunakan, aset tersebut dapat dinilai berdasarkan depreciated replacement costs.
Nilai wajar memang diakui sebagai nilai yang paling tepat untuk diterapkan, terlepas dari sulitnya melakukan pengukuran atas nilai wajar aset tetap. Pada saat ini istilah nilai wajar (fair value) diterapkan dalam IFRS tanpa petunjuk detail tentang bagaimana menerapkannya. Pada bulan Mey 2009, IASB mempublikasikan Exposure Draft (ED) tentang fair value measurements, yang mengacu pada US GAAP, tepatnya mengacu pada FAS 157, yang digunakan oleh IASB sebagai titik awal perumusan nilai wajar (as the starting point for its deliberations) tentang pedoman pengukuran nilai wajar. Berdasarkan ED 2009, IASB mendeskripsikan bahwa pengukuran nilai wajar dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) peringkat  sebagai berikut, peringkat I adalah didasarkan pada harga standar (quoted prices) pada pasar aktif untuk aset atau utang yang dinilai, peringkat II adalah didasarkan pada hasil obervasi langsung atau tidak langsung atas harga di pasar aktif untuk aset dan utang yang sejenis, dan peringkat III adalah berdasarkan data yang tidak diobservasi, tetapi mampu merefkelsikan asumsi bahwa para partisipan pasar akan menggunakannya sebagai dasar pengukuran harga dan utang, termasuk asumsi tentang risiko.

H.      Penyusutan
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus dilakukan secara terpisah. Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan lainnya dari aset tersebut. Bagian – bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam menentukan beban penyusutan
Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui dalam laporan laba rugi. Namun, kadang kala manfaat ekonomis di masa depan dari suatu aset adalah untuk menghasilkan aset lainnya. Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan dimasukkan dalam jumlah tercatatnya.
Jumlah yang disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus direview minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan akuntansi.
Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya, sepanjang nilai residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan pemeliharaan aset tidak meniadakan keharusan untuk menyusutkan aset. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset adalah jumlah tercatatnya dikurangi dengan nilai residu aset yang bersangkutan.
Nilai residu dari suatu aset mungkin saja sama atau lebih besar dari jumlah tercatatnya. Jika hal ini terjadi maka beban penyusutan aset tersebut adalah nol, sampai dengan saat dimana nilai residu aset tersebut menurun hingga lebih kecil dari jumlah tercatatnya.
Penyusutan aset dimulai saat aset tersebut siap digunakan. Pennyusutan dari suatu aset dihentikan lebih awal ketika:
1.    Aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual atau aset tersebut terasuk dalam kelompok aset yang tidak dipergunakan lagi dan diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual.
2.    Aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Oleh karena itu, penysutan tidak berhenti pada saat aset tersebut tidak dipergunakan atau dihentikan penggunaannya, keciali apabila telah habis disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan adalah usage method, maka beban penyusutan menjadi nol bila tidak ada produksinya.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur ekonomis aset tersebut.
Tanah dan bangunan merupakan aset yang berbeda dan harus diperlakukan sebagai aset yang terpisah, meskipun diperoleh sekaligus. Bangunan memiliki umur manfaat yang terbatas, oleh karena itu harus disusutkan.
1.         Metode Penyusutan
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain:
a.    Metode garis lurus (straight line method)
Menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
b.    Metode saldo menurun (diminishing balance method)
Menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.
c.    Metode jumlah unit (sum of the unit method)
Menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.
2.         Penurunan Nilai
Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas harus mereview jumlah tercatat asetnya, kemudian menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset, dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai.
Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat kompensasi diakui menjadi piutang.

I.         Penghentian Pengakuan
Jumlah tercatat aset tetap dapat digentikan pegakuannya pada saat:
1.    Dilepaskan
2.    Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya
Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dijual, disewakan berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan.
Laba atau rigu yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut. Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya.

J.        Pengungkapan
Laporan keuangan  mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap:
a.     Dasar pengukuran yang digunakan dalam jumlah tercatat bruto
b.    Metode penyusutan yang digunakan
c.     Umur manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan
d.    Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode
e.     Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
1.      Penambahan
2.      Aset yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang akan dilepaskan
3.      Akuisisi melalui penggabungan usaha
4.      Peninkatan atau penurunan akibat dari revaluasi
5.      Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi
6.      Rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laporan laba rugi jika ada
7.      Penyusutan
8.      Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda
9.      Perubahan lain
Laporan keuangan juga mengungkapkan:
a.     Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik dan aset tetap yang dijaminkan untuk utang
b.    Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan
c.     Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap
d.    Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada laporan laba rugi.
Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal – hal yang memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang dipilih manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. Untuk alasan serupa, juga perlu diungkapkan:
a.     Penyusutan, apakah diakui dalam laporan laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset lain selama suatu periode
b.    Akumulasi penyusutan pada akhir periode
Perubahan estimasi yang berdampak material pada periode berjalan atau pada periode berikutnya harus ikut diungkapkan. Untuk aset tetap, pengungkapan tersebut dapat muncul dari perubahan estimasi dalam:
a.     Nilai residu
b.    Estimasi biaya pembongkaran, pemindahan, atau restorasi suatu aset tetap
c.     Umur manfaat
d.    Metode penyusutan
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal – hal yang harus diungkapkan antara lain:
a.     Tanggal aktif revaluasi
b.    Apakah penilai independen dilibatkan
c.     Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset
d.    Penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan harga dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi dengan teknik penilaian lain
e.     Jumlah tercatat aset tetap seandainya aset tetap tersebut dicatat dengan model biaya
f.     Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan – pembatasan distribusi kepada pemegang saham
Informasi berikut relevan dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan:
a.     Jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai sementara
b.    Jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah disusutkan penuh dan masih digunakan
c.     Jumlah tercatat aset tetap yang digentikan dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual
d.    Jika model biaya digunakan, nilai wajar aset tetap apabila berbeda secara material dari jumlah tercatat.










DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Weygant, Warfield. 2010. Intermediate Accounting: IFRS Edition, Volume 1, 1st Edition. John Wiley & Sons.
IAI. 2007. PSAK Aset Tetap.



2 komentar:

  1. opooo ikiiii Masss...wes jan berat banget bahasan e...ora mudeng....ora nyandak nang otakku..wkwkwkkw

    BalasHapus
  2. Ini bahasan orang keren,,, wkwkwkwk,,

    BalasHapus